expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 16 November 2014

SABANA
Sejarah Perusahaan
            Perusahaan ini dibuat oleh orang padang dengan nama sabana, dengan arti kata “sesungguhnya” perusahaan yang berdiri tahun 2005 di bandung tepatnya di JL. Rengasdengklok no.50 antapani. Sabana fried chicken adalah sebuah usaha kaki lima yang dikelola secara modern dalam bentuk franchise (kemitraan) calon investor hanya mengeluarkan investasi sebesar

Rp. 13.750. Mereka pun sudah siap menjadi pengusaha ayam goring dengan tingkat kesuksesan yang tinggi. Pendiri pola kemitraan ini adalah seorang pengusaha bernama M.syamsalis sejak tahun 2006 silam.

          Perusahaan ini menyediakan makanan yang halal dan nikmat bergizi bagi masyarakat serta mendukung pengembangan yang enterpreuneurship bagi masyarakat yang tumbuh dengan tingkat keuntungan yang dapat menopang ekonomi keluarga.

Sejak berdiri tahun 2006 silam, Sabana Fried Chicken sudah mengukuhkan dirinya sebagai merek lokal bercitarasa internasional. Salah satu buktinya, brand besutan M Syamsalis ini diawal berdirinya langsung sukses merebut hati konsumennya dengan memasang tagline “Sentuhan rasa Dari Paman Sam”. Memang, hingga saat ini masyarakat Indonesia masih menganggap Amerika sebagai rujukan ayam goreng “berjaket”.
Selain itu, Sabana tidak hanya mengedepankan kualitas rasa maupun higienitas dan kehalalan produknya, ia juga menawarkan peluang usaha yang terbukti menguntungkan untuk masyarakat Indonesia. Calon investor hanya mengeluarkan investasi sebesar Rp 13.750 ribu. Mereka pun sudah siap menjadi pengusaha ayam goreng dengan tingkat kesuksesan yang tinggi.
Membuminya rasa dan konsep Sabana Fried Chicken tersebut mengundang reaksi yang sangat positif. Tujuh tahun berselang, Sabana Fried Chicken telah menjelma sebagai raja ayam goreng di bisnis gerobakan. Majalah Info Francise tahun 2011 lalu memberinya gelar sebagai Market Leader di bisnis Fried Chicken untuk kategori booth.
“Sabana lahir karena prihatin atas rendahnya serta ketidakjelasan proses pemotongan dan kualitas ayam yang dikonsumsi kebanyakan masyarakat Indonesia. Sabana juga merupakan merek yang membumi, sebab rasanya diterima oleh mayoritas masyarakat dan peluang usahanya juga sangat terjangkau. Kami ingin semua masyarakat merasakan kesuksesan yang telah kami raih,” ujar Syamsalis.
Makanya, diakui Syamsalis, Sabana tidak melakukan promosi secara “gila-gilaan” melalui media semata, akan tetapi strategi pengembangan bisnis Sabana juga dilakukan melalui berbagai pola dan pendekatan. Salah satunya terletak pada kualitas rasa dan kepuasan mitra-mitranya. Dua hal ini membuat perkembangan bisnis Sabana sangat dahsyat. Tengok saja, hingga akhir April 2012 ini, Sabana telah mengoleksi lebih dari seribu gerai booth yang tersebar di seluruh Indonesia.
Siap naik kelas
Sukses brand Sabana Fried Chicken menguasai industry fried chicken booth, kini merek lokal ini siap mencoba peruntungannya dengan naik kelas ke medium market. Kali ini dengan nama Sabana Corner. Menu andalan yang diusungnya masih seputar ayam goreng. Akan tetapi, kali ini dengan suasana yang lebih cozy plus ragam menu yang lebih variatif.
“Menu utama masih mengusung spesialisasi kami, ayam goreng. Selain itu, suasana mini resto kami buat senyaman mungkin dengan berbagai fasilitas seperti free wifi dan menu yang lebih variatif seperti nasi goreng ayam, kentang goreng, sop ayam, soto ayam, spageti dan lain-lain. Yang jelas, kami memberikan kenyamanan layakya café hotel dan tentu saja masih all about chicken,” tutur Syamsalis seraya tersenyum.
Pilot project mini resto Sabana Corner, menurut Syamsalis, telah resmi beroperasi sejak November 2011 lalu di Jambi, bahkan di bulan Mei lalu outlet kedua yang juga telah di-launching di kota yang sama.
Tidak berbeda dengan konsep boothnya, Sabana berkonsep mini resto ini pun mendapat antusias yang sangat tinggi oleh masyarakat Jambi. Menurut penuturan Syamsalis, kedua outlet Sabana Corner bahkan sudah mampu meraih BEP operasional sejak bulan pertama. Luar biasa!
“Kami memang sengaja memilih kota Jambi sebagai pilot project mini resto ini sebab market yang kami anggap sangat besar, kelas menengah, berada disini. Ternyata dugaan kami tidak meleset. Dalam sehari, minimal kami dapat memperoleh omset bersih Rp 2 juta. Makanya, BEP operasional mampu kami capai dalam waktu satu bulan saja,” papar Syamsalis.
Untuk nilai investasi Mini Resto Sabana Corner, tutur Syamsalis, sekitar Rp 200 jutaan dengan luas minimal 12×4 m2 dan tanpa franchise fee. Uniknya, Sabana Corner mengambil royalty fee sebesar 10% dari net profit, bukan dari omset. “Umumnya, franchisor mengambil 8% dari omset. Padahal, belum tentu outlet mitra untung. Kami membuat perbedaan sebab dengan mengambil nilai tersebut dari net profit kami ingin meringankan mitra. Bila ada keuntungan, kami akan ambil (royalty,red), bila tidak (untung,red) ya enggak,” ungkapnya.

sumber : http://sabanachicken.blogspot.com/p/katalog-produk_13.html
                    http://tabloidbo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar