Secara etimologi (asal kata) etika berasal dari kata “ethicus” (Bahasa Latin)
dan “eticos” (Bahasa Yunani) yang memiliki makna “kebiasaan”. Menurut
Harmon Chaniago (2013:237) etika adalah nilai-nilai yang dianut oleh suatu
masyarakat, didasarkan pada kebiasaan mereka. Hal ini dipertegas oleh Barten
dalam Gustina (2008:138) “etika dapat diartikan sebagai nilai-nilai dan normanorma
moral dalam suatu masyarakat. Di sini terkandung arti moral atau moralitas seperti apa yang boleh dilakukan, apa yang tidak boleh dilakukan yang pantas atau
tidak, dan sebagainya.”
Dari beberapa definisi di atas mengenai etika, dapat kita tarik kesimpulan
bahwa etika adalah hal yang penuh dengan pandangan atau nilai yang dianut oleh
masyarakat, di mana dasar nilai itu dibangun dari kebiasaan yang mereka lakukan.
Bila kita lihat lebih jauh, ada perbedaan yang nyata antara etika dan etiket.
Etiket berasal dari Bahasa Prancis “Etiquette” yang berarti kartu undangan yang
dipakai oleh raja-raja prancis dalam mengadakan acara formal. Pada kartu
undangan tersebut tertera aturan yang harus diikuti bila akan menghadiri undangan
seperti: pakaian, dasi, tempat duduk dan sebagainya. Dalam perkembangannya
etiket lebih menitik beratkan pada sikap dan perbuatan yang lebih real
(applicative), ia berbicara apa yang seharusnya dilakukan sesuai aturan yang ada.
Dalam wujudnya etiket dapat dilihat dari tata karma, sopan santun, norma,
perbuatan, kelakuan dan tindak tanduk. (Wursanto dalam Harmon, 2013:238).
Bisnis adalah kegiatan-kegiatan teratur melayani dalam suatu kebutuhan
yang bersifat umum (artinya: non personal) sambil memperoleh pendapatan
(income) (Pandji:113). Hal ini dipertegas Skinner dalam Pandji (2007:6) “bisnis
adalah pertukaran barang, jasa atau uang yang saling menguntungkan atau
memberikan manfaat. Sedangkan menurut arti dasarnya, bisnis memiliki makna
sebagai the buying and selling of goods and services. Sedangkan perusahaan bisnis
adalah organisasi yang terlibat dalam pertukaran barang, jasa, atau uang untuk
menghasilkan keuntungan.”
Dahulu bisnis dilakukan dengan cara barter¸ yaitu kegiatan tukar-menukar
barang atau jasa yang terjadi tanpa menggunakan uang sebagai perantara,
selanjutnya manusia dihadapkan pada kenyataan bahwa apa yang mereka hasilkan
sendiri tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk memperoleh barangbarang
yang tidak dapat dihasilkan sendiri mereka mencari dari orang yang mau
menukarkan barang yang dimilikinya dengan barang lain yang dibutuhkannya. Jadi
barter adalah kegiatan tukar menukar barang.
Menurut Pandji (2007:113) etika bisnis adalah Etika (Ethics) yang
menyangkut tata pergaulan di dalam kegiatan-kegiatan bisnis. Bisnis adalah
kegiatan-kegiatan teratur yang melayani kebutuhan yang bersifat umum (artinya:
non-personal) sambil memeperoleh pendapatan (Income). Jika di dalam
“pendapatan” itu dikalkulasikan laba, maka bisnis tersebut bersifat komersial.
Prinsip-Prinsip Etika dan Perilaku Bisnis
Menurut pendapat Michael Josephson dalam Pandji (2007:125), secara universal,
ada 10 prinsip etika yang mengarahkan perilaku, yaitu :
1. Kejujuran, yaitu penuh kepercayaan, tidak curang, dan tidak berbohong.
2. Integritas, yaitu memegang prinsip, melakukan kegiatan terhormat, tulus
hati, berani dan penuh pendirian, tidak bermuka dua, tidak berbuat jahat dan
saling percaya.
3. Memelihara janji, yaitu selalu menaati janji, patut dipercaya, penuh
komitmen, patuh.
4. Kesetiaan, yaitu hormat dan loyal kepada keluarga, teman, karyawan, dan
negara; jangan menggunakan atau memperlihatkan informasi yang
diperoleh dalam kerahasiaan; begitu juga dalam suatu konteks professional,
jaga/lindungi kemampuan untuk membuat keputusan professional yang
bebas dan teliti, hindari hal yang tidak pantas dan konflik kepentingan.
5. Kewajaran/Keadilan, yaitu berlaku adil dan berbudi luhur, bersedia untuk
mengakui kesalahan; dan memperlihatkan komitmen keadilan, persamaan
perlakuan individual dan toleran terhadap perbedaan, jangan bertindak
melampaui batas atau mengambil keuntungan yang tidak pantas dari
kesalahan atau kemalangan orang lain. Seema Gupta (2010:11) menyatakan
bahwa konsep keadilan secara tradisional telah berkaitan dengan hak dan
kewajiban.
6. Suka membantu orang lain, yaitu saling membantu, barbaik hati, belas
kasihan, tolong menolong, kebersamaan, dan menghindari segala sesuatu
yang membahayakan orang lain.
7. Hormat kepada orang lain, yaitu menghormati martabat manusia,
menghormati kebebasan dan hak untuk menentukan nasib sendiri bagi
semua orang, bersopan santun, jangan merendahkan diri seseorang, jangan
memperlakukan seseorang dan jangan merendahkan martabat orang lain.
8. Kewarganegaraan yang bertanggung jawab, yaitu selalu mentaati
hukum/aturan, penuh kesadaran sosial, menghormati proses demokrasi
dalam mengambil keputusan.
9. Mengejar keunggulan, yaitu mengejar keunggulan dalam hal baik dalam
pertemuan personal maupun pertanggungjawaban professional, tekun, dapat
dipercaya/diandalkan, rajin dan penuh komitmen, melakukan semua tugas
dengan yang terbaik berdasar kemampuan, mengmbangkan, dan
memperhahankan tingkat kompetensi yang tinggi.
10. Dapat dipertanggung jawabkan, yaitu memilki tanggung jawab, meneri,a
tanggung jawab atas keputusan dan konsekuensinya, dan selalu mencari
contoh.
Sementara Sonny Keraf dalam Sorta (2008:18) menyebutkan bahwa secara umum
ada lima prinsip etika bisnis, yaitu :
1. Prinsip Otonomi
2. Prisip Kejujuran
3. Prisip Keadilan
4. Prinsip Saling Menguntungkan, dan
5. Prinsip Integritas Moral.
Cara-cara Memepertahankan Standar Etika
Menurut pandji (2007:127), ada beberapa cara untuk mempertahankan standar
etika, dianataranya adalah sebagai berikut :
1. Ciptakan kepercayaan perusahaan, kepercayaan perusahaan dalam
menetapkan nilai-nilai perusahaan yang berdasar tanggung jawab etika bagi
stakeholders.
2. Kembangkan kode etik, kode etik merupakan suatu catatan tentang standar
tingkah laku dan prinsip-prinsip etika yang diharapkan perusahaan dan
karyawan.
3. Jalankan kode etik secara adil dan konsisten, manajer harus mengambil
tindakan apabila merasa melanggar etika. Bila karyawan mengetahui,
bahwa yang melanggar etika tidak dihukum, maka kode etik menjadi tidak
berarti apa-apa.
4. Lindungi hak perorangan, akhir dari semua keputusan setiap etika sangat
tergantung pada individu. Melindungi seseorang dengan kekuatan prinsipprinsip
moral dan nilai-nilainya merupakan jaminan yang terbaik untuk
menghindari penyimpangan etika. Untuk membuat keputusan-keputusan
etika seseorang harus memiliki :
a. Komitmen etika, yaitu tekad seseorang untuk bertindak secara etis
dan melakukan sesuatu yang
benar,
b. Kesadaran etika, yaitu kemampuan untuk merasakan implikasi etika
dari suatu situasi,
c. Kemampuan kompetensi, yaitu kemampuan untuk menggunakan
suara pikiran moral dan
mengembangkan strategi pemecahan
masalah secara praktis.
5. Adakan pelatihan etika, balai kerja merupakan alat untuk meningkatkan
kesadaran para karyawan.
6. Lakukan audit etika secara periodic, audit merupakan cara yang terbaik
untuk mengevaluasi efektivitas sistem etika. Hasil evaluasi tersebut akan
memberikan suatu sinyal kepada karyawan bahwa etika bukan sekedar
iseng.
7. Pertahankan standar yang tinggi tentang tingkah laku, jangan hapus aturan.
Tidak ada seorangpun yang dapat mengatur etika dan moral. Akan tetapi
manajer bisa saja membolehkan orang untuk mengetahui tingkat
penampilan yang mereka harapkan. Standar tingkah laku sangat penting
untuk menekankan bahwa betapa pentignya etika dalam organisasi. Setiap
karyawan harus mengetahui bahwa etika tidak bisa dinegoisasi atau ditawartawar.
8. Hindari contoh etika yang tercela setiap saat. Etika diawali dari atasan,
atasan harus memberi contoh dan menaruh kepercayaan kepada
bawahannya.
9. Ciptakan budaya yang menekankan komunikasi dua arah. Komunikasi dua
arah sangat penting, yaitu untuk menginformasikan barang dan jasa yang
kita hasilkan dan untuk menerima aspirasi untuk perbaikan perusahaan.
10. Libatkan karyawan dalam mempertahankan standar etika. Para karyawan
diberi kesempatan untuk memebrikan umpan balik tentang bagaimana
standar etika dipertahankan.
Kesimpulan
Jadi, etika bisnis merupakan suatu pedoman yang sangat penting dalam
kegiatan bisnis, pelaku bisnis harus mampu memahami dan mengintrepretasikan
apa yang dimaksud dengan etika bisnis. Etika bisnis menjadi sangat penting bagi
kelangsungan hidup suatu perusahaan, maksudnya adalah keberlangsungan hidup
suatu perusahaan bergantung pada bagaimana cara penerapan etika bisnis oleh
pelaku bisnis.
Dengan terapkannya etika dalam bisnis, maka secara tidak langsung dapat
menumbuhkan kepercayaan dari rekan kerja, masyarakat, dan pelanggan, di mana
kepercayaan merupakan sebuah modal yang sangat penting agar kelangsungan
hidup perusahaan tetap terjamin. Maka dari itu, perusahaan memiliki tanggung
jawab untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan standar etika.
Dengan terciptanya kesadaran akan pentingnya etika bisnis, maka akan ada
banyak pihak yang mendapat keuntungan, diantaranya adalah pelaku bisnis itu
sendiri, pelanggan, serta masyarakat serta pemerintah. Dengan menerapkan etika
bisnis, dapat membantu tatanan ekonomi menjadi lebih baik dan dapat
mengingkatkan tanggung jawab sosial perusahaan.
Sumber :
Hanie, Kurniawati. 2015. "LITERATUR REVIEW: PENTINGKAH ETIKA BISNIS BAGI
PERUSAHAAN ?", Jurnal Etika Bisnis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar